IKONIK DAN SELALU MENJADI PILIHAN KHALAYAK, INI DIA SEJARAH LOUIS VUITTION
Siapa yang tidak kenal brand yang satu ini, Ya Louis Vuittion atau kita sering sebut juga dengan ‘’LV’’. Brand asal Prancis ini menjadi salah satu brand dengan penjualan terbanyak dari tahun ke tahun. Karena memang peminat dari brand berlogo ‘’LV’’ini memang hampir tersebar diberbagai belahan di dunia. Dan penggunanya pun juga bukan hanya kalangan biasa. Brand mewah ini penggunanya adalah tokoh-tokoh yang berpengaruh di dunia. Namun, tetap saja masih banyak yang memalsukan produk dari brand ini.
Namun
mari kita simak bagaimana sejarah dari brand ini, yang dapat berkembang dan
berhasil dipasarkan hampir di banyak belahan di dunia.
Di
sisi lain dari kesuksesan brand ini, pasti banyak juga hal dan tantangan yang
dialami pendirinya. Louis
Vuitton didirikan oleh Vuitton pada tahun 1854 di Rue Neuve des Capucines
di Paris, Prancis. Bernama asli Louis Vuitton Malletier lahir di Prancis 4
Agustus 1821. Lahir dari keluarga sederhana ayahnya merupakan seorang petani.
Pada usia 10 tahun, ibunya telah meninggal dunia dan tak lama ayahnya juga.
Sepeninggal
kedua orang tuanya, Vuitton mengalami kehidupan yang bisa dikatakan sangat
kurang cukup. Hingga pada umur 13 tahun, ia memutuskan untuk hijrah ke kota
Paris. Ia berjalan untuk menuju Paris, guna mencari pekerjaan. Selama mencari pekerjaan
serabutan di Paris ia sempat menjadi tunawisma dan sering berpindah-pindah
tempat berlindung. Saat itu Paris memang dilanda kemiskinan termasuk dirinya
yang terdampak sehingga harus sering berpindah-pindah tempat berlindung.
Tepat di tahun 1837, Vuitton
tiba di Paris dan memutuskan bekerja magang di suatu bengkel pengepakan koper
dan kotak yang ternama pada saat itu. Profesi ini memang cukup terkenal dan
dipandang baik, karena ia berinteraksi secara langsung dengan para bangsawan
kota setempat. Vuitton juga berhasil menjadi orang penting selama bekerja
karena jenjang kariernya terbilang cepat. Selama bekerja di tempat ini, Vuitton
terus mempelajari apa yang dibutuhkan para orang kaya dengan harapan ia bisa
memiliki usahanya sendiri. Vuitton juga menjadi andalan di
bengkel itu karena dialah yang dengan giat mengerjakan serta rapi dalam pekerjaan,
tak khayal ia banyak mendapatkan klien dari kalangan elite pada masa itu.
Saat usianya 33 tahun, ia
kemudian menikah dengan Clemence -Emilie Parriaux yang kala itu berusia 17
tahun. Sejak menikah, ia kemudian memutuskan untuk membuka toko sendiri. Ia kemudian membuka
bengkel pembuatan koper sendiri di Rue Neuves des Capucines di kota Paris.
Louis Vuitton memulai dengan
menjual produk seharga $10.567. Louis Vuitton mengamati bahwa koper
Osilite buatan HJ
Cave dapat dengan mudah
ditumpuk. Pada tahun 1858, Vuitton memperkenalkan koper dengan bagian atas rata
berbahan kanvas trianon, sehingga ringan dan ketat. Sebelum koper Vuitton
diperkenalkan, koper pada saat itu biasanya memiliki bagian atas berbentuk
cembung, umumnya agar air tidak menggenang di atasnya, sehingga tidak dapat
ditumpuk. Baru koper berbahan kanvas Trianon berwarna abu-abu buatan Vuitton
lah yang bagian atasnya datar, sehingga dapat ditumpuk satu sama lain dengan
mudah saat di perjalanan. Banyak produsen koper yang kemudian meniru gaya dan
desain dari Vuitton tersebut.
Demi melindungi hak cipta dan
desain produk koper kanvas tersebut, Vuitton ikut berpartisipasi dalam Pameran
Universal di Paris pada tahun 1867. Vuitton kemudian membuat desain tambahan
berupa garis krem dan coklat. Sejak pameran itu, perusahaan Vuitton terus
berkembang pesat hingga tiba di tahun 1885, perusahaan memberanikan diri untuk
berekspansi ke Oxford, London.
Bersamaan dengan hadirnya
sebuah produk baru dengan pola Kanvas Damier bertuliskan “marque L. Vuitton
depose” atau jika diartikan “merek dagang Louis Vuitton”. Di sinilah sebuah
brand bernama Louis Vuitton dilahirkan. Namun tak selang lama dari itu, Vuitton
meninggal dunia pada tahun 1892 dan perusahaan dialihkan ke putranya yang
bernama Georges Vuitton.
Setelah Louis
meninggal, Georges Vuitton memulai kampanye untuk membangun perusahaan ini menjadi
sebuah perusahaan global, dengan memamerkan produk perusahaan ini di Chicago World's Fair pada tahun 1893. Pada
tahun 1896, perusahaan ini meluncurkan Monogram Canvas dan mematenkannya di seluruh
dunia. Simbol grafisnya, termasuk quatrefoil dan bunga (serta monogram
LV), didasarkan pada tren penggunaan desain Mon Jepang pada akhir era Victoria.
Paten tersebut pun sukses
menghentikan pemalsuan. Pada tahun yang sama, Georges mengunjungi sejumlah kota
di Amerika Serikat, seperti New York, Philadelphia, dan Chicago, untuk menjual produk Vuitton. Pada tahun 1901,
Louis Vuitton Company memperkenalkan Steamer Bag, tas kecil yang
dirancang untuk disimpan di dalam koper buatan Vuitton.
Pada tahun
1913, Louis Vuitton Building dibuka di Champs-Elysees. Gedung tersebut pun menjadi toko perlengkapan
bepergian terbesar di dunia pada saat itu. Toko lain kemudian juga dibuka di
New York, Mumbai, Washington, London, Alexandria, dan Buenos Aires sebelum Perang Dunia I pecah. Pada tahun
1930, tas Keepall resmi diperkenalkan. Selama tahun 1932, LV memperkenalkan
tas Noé. Tas tersebut awalnya dibuat untuk para penjual sampanye
guna membawa botol. Beberapa saat kemudian, tas Louis Vuitton Speedy juga
diperkenalkan. Tas Noé dan Speedy masih diproduksi hingga saat ini. Pada
tahun 1936, Georges Vuitton meninggal, dan anaknya, Gaston-Louis Vuitton, pun
melanjutkan kepemimpinan perusahaan ini.
Mitos generasi
ketiga dibantahkan oleh Gaston-Louis Vuitton yang justru dapat mengembangkan
perusahaan ke arah yang lebih baik. Ia memasukkan produk berbahan kulit seperti
tas dan dompet. Dirinya juga menerbitkan sebuah tas silinder yang hingga saat
ini masih cukup populer bernama Papillon di tahun 1966. Gaston berhasil meraih
pendapatan perusahaan mencapai 70 juta Franc di tahun 1977 atau setara dengan
US $14,27 juta. Gaston membawa perusahaannya ke Osaka dan Tokyo, Jepang, dengan
mendirikan sebuah butik Louis Vuitton.
Sejak
Yves Carcelle ditunjuk menjadi presiden LV di tahun 1992, perusahaan ini juga
turut merambah pasar China dengan mendirikan butiknya di Palace Hotel di
Beijing. Koleksi tas kulit Taiga dan Voyager Avec diperkenalkan di butik baru
tersebut. Perusahaan LV masih terus stabil hingga Marc Jacobs menjadi Direktur
Artistik pada tahun 1997.
Awal
ekspansi LV ke pasar internasional pada masa generasi kedua memang tak banyak
mengalami kendala. LV menunjukkan kestabilannya dalam hal penjualan dan kondisi
finansial. Apalagi, perusahaan ini juga pernah menjalin kerja sama dengan
pemerintahan Nazi pada masa Perang Dunia II. Sehingga tak sulit bagi LV untuk
unjuk gigi di dunia mode kelas mewah di ajang Internasional.
LV
menggandeng model, musisi, dan aktor kelas dunia seperti Jennifer Lopez,
Madonna, Keith Richards, Sean Connert, Matthias Schoenaerts, Michelle Williams,
Angelina Jolie, Hayden Christensen, Jeniffer Connely, Giesele Bundchen, dan tak
ketinggalan David Bowie di program kampanye produk Louis Vuitton.
Tak
tanggung-tanggung, di tahun 2007, LV menghadirkan mantan pemimpin Uni Soviet,
Mikhail Gorbachev, dalam sebuah iklan bersama dengan Catherine Deneuve dan
Steffi Graf. Beberapa rapper terkenal seperti Bihemia, Kanye Wes, Wiz Khalifa,
dan Juicy J juga ikut berpartisipasi dalam memasarkan Louis Vuitton melalui
lagu-lagu mereka.
Pada
tahun 80-an, memang produk-produk Louis Vuitton lebih banyak dipasarkan melalui
papan-papan reklame pinggiran jalan besar dan majalah. Namun seiring
berjalannya waktu, perusahaan ini bahkan membuat iklan tidak hanya tayang di
televisi saja, tapi juga di layar bioskop. Sebuah terobosan yang sangat
inovatif pada saat itu.
Michael
Burke yang menjadi CEO terbaru di perusahaan Louis Vuitton berhasil mencetak
prestasi dengan membawa LV menjadi brand paling berpengaruh di tahun 2017
menurut Interbrand, sebuah perusahaan konsultan merek dagang ternama di
Amerika, Louis Vuitton menjadi brand teratas untuk kategori produk yang paling
bernilai dengan performa finansial yang sangat baik. Berbagai data juga
menunjukkan bahwa brand ini memang memiliki pengaruh besar terhadap keputusan
konsumen untuk memilih produk.
Tak
hanya itu saja, perusahaan Louis Vuitton telah memimpin harga pasar dunia untuk
perusahaan kelas fashion premium. Apalagi sejak kemunculan produk tas Kusama
Pumpkin Minaudiere yang dijual dengan harga yang sangat melambung tinggi, yakni
mencapai US $ 133.400 atau setara dengan Rp. 1,57 miliar. Meskipun mahal dan
mewah, tas ini mampu membuat kalangan papan atas rela balapan pre order demi
mendapatkan edisi terbatasnya. Hingga saat ini, hanya ada 5 tas serupa yang
sudah diproduksi perancangnya, Yayoi Kusama.
Hingga pada tahun 2011 LV menjadi merek nomor satu dari daftar sepuluh merek paling besar yang diterbitkan oleh studi BrandZ tahun 2011. Dan bahkan sampai saat ini Louis Vuitton masih menjadi brand kebanggan dan juga brand yang masih merajai dunia
Hotline service kami, Call / SMS / Line / WA :
Admin 1 :
087738378889
Admin 2 :
081327428808
website : taskulitbagbonejogja.wordpress.com
instagram : bagboneleatherid
Komentar
Posting Komentar